Ternyata, di bawah hujan sore ini aku masih bocah yang sama---mengadu pada tetes yang mengalir syahdu di sela benang rambutku, ungkapan manja menepis rindu.
Ternyata, di bawah hujan sore ini aku masih bocah yang sama---tertawa riang menyambut dingin angin yang mengantarkan deras kisahnya padaku.
Ternyata, di bawah hujan sore ini aku masih bocah yang sama---hanyut dalam rasa yang mencengkeram akar kata, meluapkan kenang yang kunang di antara gelap lupa.
Ternyata, di bawah hujan sore ini aku masih bocah yang sama---menari dengan irama cinta tadi pagi, tak peduli ada yang menonton, atau siapa yang menanti.
Ternyata, di bawah hujan sore ini aku masih bocah yang sama---menanam harap di tengah tandus tanah merah, tak mau melihat ranting-ranting patah.
Ternyata, di bawah hujan sore ini aku masih bocah yang sama---terpantul atas genangan di tepi jalan selukis muka, hitam berlumur dosa.
Ternyata, di bawah hujan sore ini aku masih bocah yang sama---pernah menjelma setan pengoyak tenun sucimu.
Ternyata, di bawah hujan sore ini aku masih bocah yang sama---meminta cinta saat nyatanya
Ia telah ada sejak lama.
Dan oh,
Ternyata,
Di bawah hujan sore ini,
Aku masih bocah yang sama
Bersimpuh
Di atas
Maaf.
No comments:
Post a Comment