Di balik sepenggal kicau pipit pagi ini
Kau turun bagai kabut
Menjejak setiap inci kulit dengan tamak
Hingga beku
Tapi aku tak pernah benci dingin
Di antara terik aspal jalur pantura
Kau kepul asap kendaraan, yang senantiasa
Berkorban untuk sejuk di balik jendela
Perlahan mendekap
Melekat di sepanjang dinding dada
Tak bisa hilang
Tapi aku tak keberatan tercekik
Di puncak kemelut yang sibuk mencambuk
Kau semilir yang membalut rasa
Menyerap segala perih
Dengan kecup bilur, dan
Manis sapa dalam sedan
Tapi aku tak perlu takut nestapa
Di bawah kanopi bintang malam ini
Kau samudera yang melantunkan puisi
Rindu di muka gelombang tinggi
Dan gemerlap hitam yang
Mendekap nelayan di permukaan
Lalu menariknya sampai ke dasar
Tiada bersisa
Tapi saat ini, aku tak takut mati
Maka jahit jemariku
Untuk kau jadikan perisai
Yang memelukmu dari karu prahara
Dan segalanya
Dan saat musim berganti gugur
Esa berganda rupa
Pun bumi hujan melihat kita,
Akan duduk saja di bangku
Seiring terang padam satu persatu;
Aku tak apa.
No comments:
Post a Comment