Bulan mengintip malu-malu
Dibalik gumpalan awan yang menyebar membelah malam dalam senyumnya
Disini, kita memandang hitam kelabu dengan takjub
Seakan tak ada satupun warna yang dapat menandingi semburat pucat
Yang menenggelamkan segalanya.
Karena sinar lembut itu merenggut seluruh daya,
Sampai raga tak mampu lagi mengelak dari hujam rasa
Yang sekonyong-konyong memenuhi rongga mata dengan hangat,
Sesak.
Lalu kita tertawa
Berteriak
Memaki dunia yang sudah seperti neraka ini
Telentang tak berdaya terseret ombak rindu yang tak ada habisnya.
Tapi di tengah kesengsaraan itu,
Suara kita bergaung hingga ke sela ruang hampa
Dan kita bernyanyi
Sekuat tenaga
Meski serak dan
Angin mendera
Hingga mati rasa
Kita bernyanyi
Untuk setiap tangis yang tak terbendung lagi
Dan malam ini,
Dengan cinta yang tak pernah selesai menyiksa kita,
Dan dunia yang sialnya terus berputar,
Dan bulan yang dengan sempurna mencibir di atas sana,
Aku tersadar, bahwa
Meski tanpa hadirnya cinta,
Denganmu
Aku utuh
No comments:
Post a Comment