Dunia berputar kencang.
Semua berlalu lalang.
Aku tertinggal.
Apa kabarmu, Sayang?
Kucing menari di pojok
kamarku. Bahagia dengan dunianya yang tak lebih dari ruangan empat ratus meter
persegi ditambah beberapa gang sempit di luar. Mendengkur seperti tidak ada
yang bisa mendengar.
Ah, betapa iri rasanya.
Sekarang, ia menggosok
lehernya ke setiap kaki furnitur. Gatal. Lalu mengeong-ngeong lapar. Kau tahu
apa enaknya jadi kucing? Tidak usah memikirkan masa depan. Terlahir di rumah
yang nyaman, diberi makan tiga kali sehari. Yang penting terlihat lucu, tak
peduli bagaimana busuk hatinya.
Kemudian aku berkaca.
Aku adalah kucing.
Dan kamu pasti tertawa.
Tidak, tidak. Aku sedang serius.
Terkadang, semua orang hanya
bisa melihat apa yang terpantul di permukaan – langit yang indah, cerah,
mendung, jingga, biru, begitu berwarna. Tapi jika kau mendekat, riak itu
kehitaman, dengan gelembung panas meletup di dalam. Mengejar kebas – tak
sampai.
Bahagiakah kamu?
Adzan magrib bergema dari
tiga penjuru – tiga musola berbeda yang tidak mau menyamakan frekuensi, tapi
memilih untuk tumpang tindih beresonansi (atau sengaja ingin saling
menghilangkan). Sampai tidak jelas sedang berdoa, mengaji, bernyanyi, atau ada
yang mati. Bukannya mengejek Tuhan. Justru seharusnya kita bisa menghargai-Nya
tanpa pamrih. Tanpa jadi sombong.
Jumat pertama. Mungkin, kamu sudah
lupa.
Hujan mengetuk jendela.
Aku tidak mengerti bagaimana
hujan bisa turun dimana saja, dengan mudahnya, lalu berhenti. Tanpa ragu, untuk
hinggap di belahan lain bumi. Tak peduli sedang kemarau atau banjir memenuhi atap
sekolahan; yang di bawah sana menangisi rumah tergenang atau menari kegirangan.
Hujan hadir meninggalkan basah yang begitu syahdu – dan nostalgia, lalu pergi
begitu saja. Tidakkah ia ingin mengenal rumah? Bukankah ada yang selalu menanti
kedatangannya?
Kuharap, kamu baik-baik
disana.
Kau tahu,
Meskipun hujan bisa berkelana,
melihat apa saja – merengkuh siapa saja, aku memilih untuk duduk di atas kursi
empuk menjilati tanganku yang hitam kecokelatan. Sambil sesekali mendongak ke
atas, berharap sekarang hujan. Atau majikan datang membawa ikan segar.
Aku ingin jadi kucing
selamanya.
Hujan menyenandungkan lagu
cinta. Atau mungkin sudah waktunya salat isya.
Semoga kamu menemukan
samudera,
Yang akan membawamu pulang.
Selamat malam.
No comments:
Post a Comment