August 26, 2014

Cinta Tak Pernah Salah, Katanya.

Jika kau bertanya tentang cinta,
Maka aku akan memelukmu. Erat, tapi tidak sampai sesak. Dengan ruang yang cukup untuk kutepuk punggungmu perlahan, membiarkan hangat menjalar ke dalam setiap rusuk tulang.

Jika kau bertanya tentang cinta,
Aku akan memandangi matamu, terpesona akan sorot yang terpancar di setiap waktunya. Warna yang berpendar menyaingi berkas cahaya pagi yang masuk ke sela sela jendela. Aku akan menghirup cokelat kehitaman itu lalu menyimpannya rapi di dalam hati. Untuk kunikmati sendiri.

Jika kau bertanya tentang cinta,
Maka aku akan berlari secepat mungkin, menantang terik matahari, jika di ujung sana aku mendapatkan sosokmu dengan alis tertaut - mencariku, kebingungan.

Jika kau bertanya tentang cinta,
Aku akan mengajakmu duduk dan menikmati udara sore di bawah tenda pinggir jalan. Lalu mengobrol berjam jam tentang apapun, terutama hal hal yang kau suka. Dan aku akan menghabiskan jam jam lainnya untuk kembali melihatmu tertawa, dengan kerut di pipi yang khas dan kebahagiaan yang menyebar ke penjuru kota.

Jika kau bertanya tentang cinta,
Akan kugenggam jemarimu erat, yang sudah kuhapal betul bentuk dan tekstur kulitnya. Dan meski sudah berulang ulang, tetap saja aku bertanya bagaimana bisa tangan ini menciptakan begitu banyak keindahan.

Jika kau bertanya tentang cinta,
Aku akan terus menyaingi langkahmu yang begitu cepat, tanpa pernah merasa lelah. Aku akan bicara tanpa henti, dan meskipun napasku tidak terkendali, cengiran ini akan terus ada sampai nanti. Karena wajahku tidak bisa berbohong.

Jika kau bertanya tentang cinta,
Aku akan membawamu ke tempat pertama kali kita bertemu. Karena meskipun cinta belum hadir saat itu, kurasa semesta berkomplot untuk mengantarkanku padamu.













Jika kau bertanya tentang cinta,
Aku akan menangis sejadi jadinya.

August 22, 2014

Terusik

Dalam hitam kau genggam tanganku
Dengan dingin yang menusuk
Biru menjalar menggenapi sekujur tubuhku

Dalam gelap langkahmu berderap
Tegas
Membelah tanah dengan gemerlap
Dan tangan yang letih menopang dunia

Di bawah sinar bintang kau rengkuh wajahku
Lembut, meniupkan mimpi dan
Kutukan yang menjelma menjadi aroma bunga
Membelai rambutku
Hingga merah turun ke punggung
Membentuk lukisan yang
Kau sebut cinta

Dalam sunyi kupejamkan mata
Dan kau hadir dalam bingkai yang
Bergerak lambat
Merekatkan setiap gambarnya





Dalam malam kau hujani dengan lagu
Rumah kayu di seberang jalan itu

Aku beku.