November 13, 2016

Biarlah

Biarkan aku memeluk kakimu dengan hangat yang lebih pekat dari kaus kaki di bulan Desember. Akan kubentengi setiap buku jarimu dari gigil dan perih yang menyusup di malam hari, meskipun deras akan menggerogoti helai buaiku perlahan sampai habis.

Biarkan aku bergelung di atas senyummu yang sabit selamanya, di antara bait kumis yang tercukur tidak rata dan hembusan panjang yang rela kutukar dengan setiap hela sajakku.

Biarkan aku menjelma kata yang tak akan pernah kau ucapkan, terpahat di sepanjang dinding jantungmu tak peduli seberapa gelap dan penuh sesak.

Biarkan aku mengendap di dasar cangkir kopi untuk mendengar setiap keluh kesahmu yang sesaat sebelum kau lempar aku ke dalam bak cuci.

Biarkan aku menyimpan satu lirik matamu dalam saku berenda di atas gaun biruku. Agar bisa kubuka setiap hitam menghiasi langit kota dan malam berkuasa sepanjang tahun, menjadikannya pagi yang melelehkan embun di setiap sela bunga tidurku.

Biarkan aku menjadi setapak panjang penuh genangan tanpa penerangan yang menggemakan tawamu dan mengukir dentingnya diam diam.

Biarkan aku menjelma rindumu, yang tiada.