November 14, 2014

Kau, Aku

Di atas debur ombak yang tidak ada habisnya ini,
Aku menjelma jadi pasir.
Terkikis sedikit demi sedikit demi menyesap aroma laut, terbang, dan menggenggam dunia dalam ketiadaan.
Berdenyar di bawah terik rembulan yang menyinari sepasang kekasih di atas rerumputan, saling menggenggam tangan, bertatapan seperti hendak menjatuhkan diri ke dalam jurang yang terpahat rapi di dalamnya. 

Di atas debur ombak yang tidak ada habisnya ini,
Angin meniupkan namamu,
Menyelipkannya dalam tiap serpihku yang melayang jauh, hinggap di atas puing puing reruntuhan yang membentuk kuil untuk sang malam.
Menghujamkannya ribuan kali ke dalam satu persatu sel tubuhku yang menggelepar dalam rengkuhan petir yang hanya ingin melindunginya dari amukan badai.

Di atas debur ombak yang tidak ada habisnya ini,
Ia meneriakkan sepotong nama, sekuat tenaga, berharap menemukan yang tak pernah ada
Terus melempar suara ke dalam hening samudera.
Percaya, dengan rasa yang tak ada tandingnya, sosok itu hadir di atas gemerlap air - dengan senyumnya yang memesona.
Percaya, dengan rindu yang tak mungkin lagi terbendung dalam hati, jarak rela menghapuskan dirinya malam ini
Sampai daya habis tak bersisa...

Di atas debur ombak yang tidak ada habisnya ini,
Luruh sudah dinding yang membatasi kita dengan tanya
Berganti hitam yang mendekap lembut, membiarkan kita terlelap di tengah arus cinta
Yang membunuh segalanya.





Di atas debur ombak yang tidak ada habisnya ini,
Kau datang



Aku tenggelam
Hilang.

No comments:

Post a Comment