December 15, 2015

Sekian

Aku selalu terpesona oleh kucing.
Tidak, kau tidak salah baca.
Kucing. Ya, kucing.

Yang hanya tidur dan bermain
Dan makan dan main
Dan tidur dan main
Dan bodoh dan main
Dan main....
Tidak perlu banyak usaha,
Tapi sudah lucu.

Lebih dari itu,
Aku selalu terpesona oleh lampu-lampu jalan.

Barisan garis cahaya bernyanyi menemani kota yang sepi
Kalah jauh dibanding ribuan bintang di atas sana,
Tapi, tak apa.
Karena di balik kuning jingga di tepi jalan itu
Tersimpan berjuta kenangan dan harapan
Setiap jiwa yang melintasinya.

Lebih, lebih dari itu,
Aku selalu terpesona oleh langit senja.

Lembayung yang berdansa perlahan,
Yang menggumamkan nada berlapis nostalgia
Seakan waktu berdetak lambat
Tertegun oleh hangat yang menyelimuti tubuh kita
Dalam damai

Lebih, lebih, lebih dari itu,
Aku selalu terpesona oleh rintik hujan.

Derasnya sapa turun menggema
Menepis nyala merah yang menghantui dunia
Meluapkan hitam dalam dada, yang
Menyeruak serupa butir keringat hingga
Bersatu dengan udara yang dingin dan basah
Dan sendu

Lebih, lebih, lebih, lebih dari itu,
Aku selalu terpesona oleh laut.

Kilau di atas gelombang yang naik, turun,
Memeluk hati dalam gejolak rasa
Seperti nelayan yang tak kuasa menjauhi badai
Hanya ingin memeluknya
Lalu tenggelam.







Tapi oh, ternyata







Lebih, lebih, lebih, lebih, lebih dari itu,

Aku selalu terpesona olehmu.

No comments:

Post a Comment